Internet menawarkan segalanya. Terutama informasi. Sekarang mau tau harga cabe kriting aja tinggal klik di smartphone. Sekarang liat orang baca koran itu berasa aneh. Hampir semua media cetak bedol desa pindah ke template online. Padahal koran dan dan media cetak lainnya ini bisa jadi tolak ukur minat baca seseorang loh. Gue waktu kuliah dulu minimal seminggu beli koran dua kali. Sekali beki koran olahraga yang isinya berita bola, sekali lagi beli koran bekas buat alas sholat jumat.
Untungnya buku beda sama koran. Kelebihan buku dibanding koran adalah, buku nggak punya tanggal expired. Jadi secara fisik lebih collectible. Walaupun ada beberapa penulis yang menjual bukunya secata ebook, buku dengan format hardcopy tetep punya tempat tersendiri.
Tapi karena arus informasi yang edan banget itu lah industri perbukuan ini mengalami sedikit pergeseran. Maksudnya? Begini, beberapa tahun yang lalu ketika gue masuk ke toko buku, pilihannya cuma sedikit. Penulis dan penerbit pun bisa diitung pake batangan lidi. Itu karena dulu emang masuk ke dunia penerbitan emang susah banget. Nah sekarang, coba masuk ke Gramedia, tiap minggu ada aja entry baru. Ada aja penulis baru. Oke, ini bagus. Berarti penulis-penulis kita produktif. Tapi kadang gue menemukan buku-buku yang kayaknya 'yang penting' terbit. Apalagi sejak fenomena selebtwit mencuat, gue ngeliatnya penerbit-penerbit ini ngajak si seleb yang berfollowers ribuan buat nulis buku apa aja tanpa ngeliat capabilitasnya. Hasilnya? Ya gitu, banyak yang salah beli karena ngira mereka yang berfollowers banyak pasti bisa menghasilkan karya yang baik.
Makanya, buku yang paling berkesan buat gue itu terhitung buku-buku jadul. Beberapa buku ini cukup mempengaruhi gue. Terutama dalam hal hobi. Coba dicek beberapa buku di bawah ini, siapa tau ada yang sama buku favoritnya sama gue:
1. Lima Sekawan (Penulis: Enid Blyton)
Anak angkatan 2000an kayaknya udah jarang yang kenal sama penulis satu ini. Jamannya gue SD, serial Ghosebumps-nya Enid Blyton seremnya nggak ada lawan. Kalo udah bisa ngoleksi lengkap semua serinya, wuih tingkat kekerenan seseorang bisa ngelebihin Ariel Noah dipakein kacamata item bolong sebelah.
Tapi favorit gue dari Enid bukan Ghosebumps. Adalah serial Lima Sekawan yang bikin gue jatuh cinta sama buku-buku berbau petualangan. Serial ini menceritakan tentang Julian, Dick, Anne, George, dan seekor anjing bernama Timmy. Mereka selalu terlibat dalam perualangan seru. Penculik, penipu, bahkan pembunuh berhasil mereka kalahkan.
2. Sherlock Holmes (Penulis: Sir Arthur Conan Doyle)
Masih buku serial. Gue cinta mati sama karakter Sherlock Holmes. Lebih cinta lagi karena dikebanyakan bukunya, Conan Doyle menggunakan sudut pandang orang pertama tapi dengan pemeran utama orang kedua dengan sangat baik. Sudut pandang yang jarang ada di buku lain.
Buku-buku Sherlock Holmes bercerita tentang seorang detektif swasta cerdas Inggris. Kemampuannya untuk menarik sebuah kesimpulan berhasil memecahkan beberapa kasus kriminal dan menolong kepolisian Inggris. Dalam aksinya, dia dibantu sama Dr. Jhon Watson.
Karena baca buku ini nih gue jadi ketagihan baca Detektif Conan, atau Kindaichi.
3. Traveler's Tale: Belok Kanan, Barcelona! (Penulis: Adhitya Mulya, Ninit Yunita, Alaya Setya, Iman Hidajat)
Awalnya memutuskan untuk beli buku ini karena gue kira ini buku tips and trick atau how to jalan-jalan ke Barcelona gitu. Ternyata bukan. Tentang jalan-jalan memang, tapi dikemas dengan cerita fiksi yang wow banget. Karakter-karater, plot, twist, sampe setting dari Vietnam, Abidjan, Amman, Kopenhagen, Selat Gibraltar, Maroko, Madrid, Sevilla, dan Barcelona, semua terjalin mengalir. Buku ini ditulis sama empat penulis yang mewakili empat karakter di dalamnya. Selain buku ini, gue belom nemuin lagi traveling fiksi yang lebih baik. Traveler's Tale juga yang menggugah gue untuk lebih banyak jalan-jalan. Di luar sana, banyak tempat yang indah. Buku ini nitip pesan, " kalo ilmu harus dituntut hingga negeri Cina, maka cinta harus dikejar hingga Barcelona".
4. Catatan Seorang Demonstran (Penulis: Soe Hok Gie)
Gue baca buku ini karena Nicholas Saputra. Gue dan dia emang punya kesamaan. Sama-sama cowok. Walaupun kalo gue dijejerin sebelahan ama dia maka gue bagaikan serpihan upil kering yang dipeperin di kolong meja. Anyway, gue ngefans sama Nicholas. Sampe suatu hari doi promo film barunya berjudul 'Gie'. Dan gue baru tau kalo film itu diangkat dari diary seorang mahasiswa bernama Soe Hok Gie. Begitu nonton filmnya, ternyata beredar kabar bahwa banyak adegan dan dialog yang disensor. Makanya gue kepo dengan nyari versi bukunya. Walaupun agak susah, akhirnya nemu juga.
Mahasiswa sekarang mestinya baca buku ini. Di sini diceritakan tentang kehidupan Soe Hok Gie, seorang keturunan Tionghoa yang kritis. Yang paling menarik adalah BAB ketika dia menimba ilmu di FS UI. Gie yang tanpa kompromi, mengkritik pemerintahan Bung Karno. Ketika Bung Karno jatuh karena tragedi '65, dia pula orang pertama yang mengkritik kebijakan Orde Baru. Gie bahkan nggak segan membongkar bobroknya almamaternya sendiri. Itu membuatnya dijauhi teman-temannya dan dimusuhi para penguasa. Tapi Gie tetap pada prinsipnya, "Lebih baik diasingkan, daripada menyerah pada kemunafikan".
Sebagai pendiri Mapala UI, Soe Hok Gie wafat dengan cara yang 'keren', yaitu di puncak Mahameru. Gue suka naek gunung setelah baca beberapa kata dari buku ini, ketika Soe Hok Gie ditanya mengapa dia dan teman-temannya suka naek gunung sementara Indonesia sedang kacau, "Kami adalah generasi yang ridak percaya oleh jargon-jargon hipokrisi. Nasionalisme tidak mungkin tumbuh oleh jargon-jargon. Manusia bisa mencintai secara sehat jika dia mengenal objeknya dari dekat. Mencintai tanah air Indonesia bisa dilakukan dengan melihat alam beserta rakyatnya dari dekat. Karena itu lah, kami naik gunung".
5. Becoming Che (Penulis: Calica Ferrer)
Sosok Che Guevara dulu waktu gue SMA ikonik banget. Potret siluet mukanya laku banget jadi bahan sablonan kaos anak-anak muda. Gue termasuk orang yang ikut-ikutan. Gue cuma tau Che Guevara sebatas beliau adalah pejuang kemerdekaan Kuba.
Pas ke toko buku, gue ngeliat buku bersampul merah dengan judul Becoming Che dan gambar siluet muka Che Guevara yang fenomenal itu. Setelah gue baca (setelah bayar di kasir tentunya), ternyata buku ini nggak menceritakan perjuangan seorang Che Guevara membebaskan Kuba. Bayangan gue tentang banyaknya adegan perang di buku ini musnah seketika.
Tapi justru itu yang bikin gue nemuin sisi lain. Ternyata buku ini menceritakan kehidupan Che Guevara sebelum doi jadi komandan di Kuba. Buku ini juga yang ngasih tau gue betapa bodohnya gue karena ngira Che adalah orang Kuba. Guevara Ernesto De La Serna, itu lah nama aslinya dan dia lahir di Rosario, Argentina. Sekampung sama Lionel Messi.
Awalnya dia dan penulis buku ini adalah sahabat kecil. Hingga suatu hari dua sahabat ini memutuskan untuk keliling Amerika Selatan dengan tujuan meneliti penyakit Lepra. Di sini serunya, Calica Ferrer bertutur tentang petualangannya bersama Guevara melewati Chili, Peru, Bolivia, Venezuela, hingga ke Maccu Piccu di Amerika bagian tengah. Gue emang gampang takluk sama buku yang berbau jalan-jalan gini.
Di perjalanan ini lah Guevara muda tergugah untuk menentang segala macam penjajahan. Dia mendengar bahwa Kuba sedang dikuasai oleh diktator. Di Amerika Tengah itu lah kedua sahabat ini berpisah. Calica melanjutkan penelitiannya, sedangkan Guevara menuju Kuba membantu perjuangan Fidel Castro demi idealismenya dengan sakit asma yang akut. Ya siapa sangka komandan perang gagah berani itu bergantung sama obat asma. Calica membujuknya untuk pulang, tapi dijawab santai oleh Guevara, "Sebab mundur, adalah sebuah pengkhianatan".
Banyak sih buku laen yang gue suka, kayak buku tabungan pas abis gajian misalnya. Tapi yang paling berkesan ya lima buku di atas tadi. Udah gitu aja.
"Tulisan ini diikutsertakan dalam best article Blogger Energy"
Untungnya buku beda sama koran. Kelebihan buku dibanding koran adalah, buku nggak punya tanggal expired. Jadi secara fisik lebih collectible. Walaupun ada beberapa penulis yang menjual bukunya secata ebook, buku dengan format hardcopy tetep punya tempat tersendiri.
Tapi karena arus informasi yang edan banget itu lah industri perbukuan ini mengalami sedikit pergeseran. Maksudnya? Begini, beberapa tahun yang lalu ketika gue masuk ke toko buku, pilihannya cuma sedikit. Penulis dan penerbit pun bisa diitung pake batangan lidi. Itu karena dulu emang masuk ke dunia penerbitan emang susah banget. Nah sekarang, coba masuk ke Gramedia, tiap minggu ada aja entry baru. Ada aja penulis baru. Oke, ini bagus. Berarti penulis-penulis kita produktif. Tapi kadang gue menemukan buku-buku yang kayaknya 'yang penting' terbit. Apalagi sejak fenomena selebtwit mencuat, gue ngeliatnya penerbit-penerbit ini ngajak si seleb yang berfollowers ribuan buat nulis buku apa aja tanpa ngeliat capabilitasnya. Hasilnya? Ya gitu, banyak yang salah beli karena ngira mereka yang berfollowers banyak pasti bisa menghasilkan karya yang baik.
Makanya, buku yang paling berkesan buat gue itu terhitung buku-buku jadul. Beberapa buku ini cukup mempengaruhi gue. Terutama dalam hal hobi. Coba dicek beberapa buku di bawah ini, siapa tau ada yang sama buku favoritnya sama gue:
1. Lima Sekawan (Penulis: Enid Blyton)
Anak angkatan 2000an kayaknya udah jarang yang kenal sama penulis satu ini. Jamannya gue SD, serial Ghosebumps-nya Enid Blyton seremnya nggak ada lawan. Kalo udah bisa ngoleksi lengkap semua serinya, wuih tingkat kekerenan seseorang bisa ngelebihin Ariel Noah dipakein kacamata item bolong sebelah.
Tapi favorit gue dari Enid bukan Ghosebumps. Adalah serial Lima Sekawan yang bikin gue jatuh cinta sama buku-buku berbau petualangan. Serial ini menceritakan tentang Julian, Dick, Anne, George, dan seekor anjing bernama Timmy. Mereka selalu terlibat dalam perualangan seru. Penculik, penipu, bahkan pembunuh berhasil mereka kalahkan.
2. Sherlock Holmes (Penulis: Sir Arthur Conan Doyle)
Masih buku serial. Gue cinta mati sama karakter Sherlock Holmes. Lebih cinta lagi karena dikebanyakan bukunya, Conan Doyle menggunakan sudut pandang orang pertama tapi dengan pemeran utama orang kedua dengan sangat baik. Sudut pandang yang jarang ada di buku lain.
Buku-buku Sherlock Holmes bercerita tentang seorang detektif swasta cerdas Inggris. Kemampuannya untuk menarik sebuah kesimpulan berhasil memecahkan beberapa kasus kriminal dan menolong kepolisian Inggris. Dalam aksinya, dia dibantu sama Dr. Jhon Watson.
Karena baca buku ini nih gue jadi ketagihan baca Detektif Conan, atau Kindaichi.
3. Traveler's Tale: Belok Kanan, Barcelona! (Penulis: Adhitya Mulya, Ninit Yunita, Alaya Setya, Iman Hidajat)
Awalnya memutuskan untuk beli buku ini karena gue kira ini buku tips and trick atau how to jalan-jalan ke Barcelona gitu. Ternyata bukan. Tentang jalan-jalan memang, tapi dikemas dengan cerita fiksi yang wow banget. Karakter-karater, plot, twist, sampe setting dari Vietnam, Abidjan, Amman, Kopenhagen, Selat Gibraltar, Maroko, Madrid, Sevilla, dan Barcelona, semua terjalin mengalir. Buku ini ditulis sama empat penulis yang mewakili empat karakter di dalamnya. Selain buku ini, gue belom nemuin lagi traveling fiksi yang lebih baik. Traveler's Tale juga yang menggugah gue untuk lebih banyak jalan-jalan. Di luar sana, banyak tempat yang indah. Buku ini nitip pesan, " kalo ilmu harus dituntut hingga negeri Cina, maka cinta harus dikejar hingga Barcelona".
4. Catatan Seorang Demonstran (Penulis: Soe Hok Gie)
Gue baca buku ini karena Nicholas Saputra. Gue dan dia emang punya kesamaan. Sama-sama cowok. Walaupun kalo gue dijejerin sebelahan ama dia maka gue bagaikan serpihan upil kering yang dipeperin di kolong meja. Anyway, gue ngefans sama Nicholas. Sampe suatu hari doi promo film barunya berjudul 'Gie'. Dan gue baru tau kalo film itu diangkat dari diary seorang mahasiswa bernama Soe Hok Gie. Begitu nonton filmnya, ternyata beredar kabar bahwa banyak adegan dan dialog yang disensor. Makanya gue kepo dengan nyari versi bukunya. Walaupun agak susah, akhirnya nemu juga.
Mahasiswa sekarang mestinya baca buku ini. Di sini diceritakan tentang kehidupan Soe Hok Gie, seorang keturunan Tionghoa yang kritis. Yang paling menarik adalah BAB ketika dia menimba ilmu di FS UI. Gie yang tanpa kompromi, mengkritik pemerintahan Bung Karno. Ketika Bung Karno jatuh karena tragedi '65, dia pula orang pertama yang mengkritik kebijakan Orde Baru. Gie bahkan nggak segan membongkar bobroknya almamaternya sendiri. Itu membuatnya dijauhi teman-temannya dan dimusuhi para penguasa. Tapi Gie tetap pada prinsipnya, "Lebih baik diasingkan, daripada menyerah pada kemunafikan".
Sebagai pendiri Mapala UI, Soe Hok Gie wafat dengan cara yang 'keren', yaitu di puncak Mahameru. Gue suka naek gunung setelah baca beberapa kata dari buku ini, ketika Soe Hok Gie ditanya mengapa dia dan teman-temannya suka naek gunung sementara Indonesia sedang kacau, "Kami adalah generasi yang ridak percaya oleh jargon-jargon hipokrisi. Nasionalisme tidak mungkin tumbuh oleh jargon-jargon. Manusia bisa mencintai secara sehat jika dia mengenal objeknya dari dekat. Mencintai tanah air Indonesia bisa dilakukan dengan melihat alam beserta rakyatnya dari dekat. Karena itu lah, kami naik gunung".
5. Becoming Che (Penulis: Calica Ferrer)
Sosok Che Guevara dulu waktu gue SMA ikonik banget. Potret siluet mukanya laku banget jadi bahan sablonan kaos anak-anak muda. Gue termasuk orang yang ikut-ikutan. Gue cuma tau Che Guevara sebatas beliau adalah pejuang kemerdekaan Kuba.
Pas ke toko buku, gue ngeliat buku bersampul merah dengan judul Becoming Che dan gambar siluet muka Che Guevara yang fenomenal itu. Setelah gue baca (setelah bayar di kasir tentunya), ternyata buku ini nggak menceritakan perjuangan seorang Che Guevara membebaskan Kuba. Bayangan gue tentang banyaknya adegan perang di buku ini musnah seketika.
Tapi justru itu yang bikin gue nemuin sisi lain. Ternyata buku ini menceritakan kehidupan Che Guevara sebelum doi jadi komandan di Kuba. Buku ini juga yang ngasih tau gue betapa bodohnya gue karena ngira Che adalah orang Kuba. Guevara Ernesto De La Serna, itu lah nama aslinya dan dia lahir di Rosario, Argentina. Sekampung sama Lionel Messi.
Awalnya dia dan penulis buku ini adalah sahabat kecil. Hingga suatu hari dua sahabat ini memutuskan untuk keliling Amerika Selatan dengan tujuan meneliti penyakit Lepra. Di sini serunya, Calica Ferrer bertutur tentang petualangannya bersama Guevara melewati Chili, Peru, Bolivia, Venezuela, hingga ke Maccu Piccu di Amerika bagian tengah. Gue emang gampang takluk sama buku yang berbau jalan-jalan gini.
Di perjalanan ini lah Guevara muda tergugah untuk menentang segala macam penjajahan. Dia mendengar bahwa Kuba sedang dikuasai oleh diktator. Di Amerika Tengah itu lah kedua sahabat ini berpisah. Calica melanjutkan penelitiannya, sedangkan Guevara menuju Kuba membantu perjuangan Fidel Castro demi idealismenya dengan sakit asma yang akut. Ya siapa sangka komandan perang gagah berani itu bergantung sama obat asma. Calica membujuknya untuk pulang, tapi dijawab santai oleh Guevara, "Sebab mundur, adalah sebuah pengkhianatan".
Banyak sih buku laen yang gue suka, kayak buku tabungan pas abis gajian misalnya. Tapi yang paling berkesan ya lima buku di atas tadi. Udah gitu aja.
"Tulisan ini diikutsertakan dalam best article Blogger Energy"
Ada satu buku yang juga gue suka. Sherlock Holmes. Gue suka banget gayanya ketika mecahin kasus..
ReplyDeleteWelcome to the club, Sherlockian =)
DeleteGue no.1 Lima Sekawan...OMG..I was a George-wannabe xD Dibanding Sherlock gue prefer Trio Detektifnya Alfred Hitchcock *yayaya..otak gue mah cetek* :D Tapi Goosebumps juga seru, Fear Street juga! :)))
ReplyDeleteGeorge juga karakter favorit gue. Setiap pembaca 5 Sekawan, pasti terkesan sama karakter ini.
DeleteAhahaha...Trio Detektif juga seru kok.
gue juga suka tuh cerita petualangan 5 sekawan, meski telat tahunya, gue cuma donlot ebooknya, ampir belasan deh novel 5 sekawan doang. woahaha. dan gue mikir kenapa ya ko masa kecil gue gak seseru mereka, bisa nangkep penjahat, jalan-jalan ke pulau, duh bikin ngiri
ReplyDeleteWaaakkkk...gue udah pada ilang tuh koleksi gue. Boleh dong dishare ebook-nya. Kangen sama Timmy. =D
Deleteitu yang buku lima sekawan, gue pernah baca, jadi inget lagi. Sepertinya buku-buku yang ada diatas, keren-keren. Buku-bukunya sebagian tentang jalan-jalan, memang jalan-jalan menyenangkan. Buku yang misteri, juga keren, detektif memecahkan misteri, Sherlock Homes emang keren, nggak kebayang dia bisa memecahkan misteri yang rumit :)
ReplyDeleteYoi. Buruan baca. Seperti yang gue bilang, itu semua buku jadul. Keburu susah dicarinya...
DeleteKeren euy tulisannya rapi, jadi gak ngebosenin buat dibaca sampe akhir. Kayaknya sih bakal menang best articel nih haha
ReplyDeleteBtw yang gue baca cuma sherlock holmes doang sih. tp selera buku lu asik sih bang
Amiiinnn. Tengkyu Don. Gue sih menang kalah ga masalah, yang penting hadiahnya. Hahaha....
DeleteKarya-karya Tatang S lu baca ga, Don? =p
Dari cuplikak buku buku tadi, kyaknya seru tuh yg judulnya catatan seorang demonstran, dimana kita yg masih seorang pelajar harus kritis, dan teguh pada sebuah pendirian. :)
ReplyDeleteSelain seru, romantis juga Mbak Linda. Banyak puisi-puisinya Gie yang bikin melting....nyessss
DeleteSaya juga suka sherlock holmes gan.
ReplyDeleteTapi sampai saat ini cuma nonton filmnya aja bukan bukunya :'(
Serial TV-nya juga ada loh. Nggak kalah seru. Yang maen Bennedict Cumberbatch ama Martin Freeman. Lah, malah promo...Hahaha...
DeleteKeren, ni. Gue setuju banget soal buku yg sembarang cetak. Gak ada jaminan kalo followers banyak, terus nulis juga bagus. Tergantung orangnya gaes..
ReplyDeleteBuku Lima Sekawan dan Sherlock Holmes masih menjadi tempat yang apik buat gue sendiri. Soalnya, masih banyak banget hal yang emang dari 2 buku ini tampilkan dari kata-katanya. Sisanya gue belum pernah baca, tapi pernah denger. hehehe.
Terus, karakter dari buku Sherlock Holmes sendiri, emang paling keren dari yang lain. Soalnya, cara dia menyelesaikan basalah itu, wahh, gak pernah gue tebak. Soalnya, gue juga suka menebak2 cerita. Dan kalo ceritanya masih ada yg terbuka. Gue tau endingnya. Gue mah, gitu orangnya. heheh
Semua berkesan. Eh, gue jadi penasaran sama buku yg ke 4. Tentang nasionalisme gitu. Gue suka org yg punya jiwa kritis.
Iya Pangeran. Menurut gue, Sherlock Holmes itu karakter fiksi paling keren.
DeleteCoba baca deh Pangeran yang Soe Hok Gie itu. Keren. Romantis pula, bisa buat referensi rubrik Wortel Bilang Cinta.
This comment has been removed by the author.
DeleteGue kagak pernah baca lima sekawan, tapi ayah gue sering cerita tentang serial ini, dan gue sekarang lagi ngumpulin duit buat beli boxsetnya :D.
ReplyDeleteSatu-satunya yang gue tau dari lima buku di atas itu Sherlock Holmes, yap, gue suka dia. Awalnya gue kagak tau Sherlock Holmes, tapi gue suka Detective Conan, nah, dari Conan itu gue tau Sir Arthur Conan Doyle dengan Holmesnya, akhirnya gue ngoleksi serial Sherlock Holmes. Setelah Holmes, gue mulai suka sama yang berbau-bau detektif, dan gue punya novel detektif karya komunitas detektif di Indonesia :)
Waahh detektif ada komunitasnya di Indonesia? Mau ikut dong gue. Serius. Dimana daftarnya?
DeleteDari kelima buku yang lo baca gue gak ada satu pun buku yang gue tau, tapi setelah baca kelima buku yang bagus menurut lo, gue tertarik sama cerita lima sekawan dan catatan seorang demontran, gue penasaran dengan kisah-kisahnya.
ReplyDeletesemoga bulan ini lo menang ya best articlenya.
Nah sekarang jadi tau kan? Semoga berminat untuk baca salah satunya ya. Selain yang nomor 4, semuanya buku ringan kok.
DeleteAmin, thank you Bang Fahmi =)
Sejujurnya untuk wawasan di bidang yang seperti ini, aku buruk banget. Bahkan pertama kali kenal dengan sosok fiktif Sherlock Holmes yang begitu masyhur itu, pas aku masih duduk di bangku sekolah menengah atas, dua tiga tahun kemarin, lah. Ha-ha.
ReplyDeleteTapi memang beda orang, beda bacaan. Mungkin karena beda genre, jadi beda wawasan pula. Hehe.
Sering denger, sih, yang buku serial berjudul Ghosebumps dari temen-temen blogger, apalagi ada yang ngoleksi hampir semua serinya, itu membuktikan bahwa buku itu keren sekali. Buku-buku jadul memang lebih berkualitas. Tapi tidak otomatis membuat buku-buku era sekarang tidak berkualitas.
Sayangnya, dari kelima buku di atas yang penulis sampaikan, tidak satu pun yang pernah aku baca, jadi komentarnya gini-gini aja. Hehe. Tapi sepertinya yang serial sherlock holmes, pengen banget beli dari dulu...
Iya, menurut gue juga nggak ada seseorang yang suka sama semua genre. Kayak gue, gue nggak suka genre horror. Makanya gue suka 5 Sekawan tapi nggak suka Ghosebumps. Padahal yang nulis sama.
DeleteAhahahaha...santai aja Bang. Nggak masalah mau dikomen gimana juga gue mah. Elu udah mampir aja gue udah seneng.
Dari semua serial yang mas suka, aku rasa sherlock holmes lah yang terbaik.
ReplyDeletesi penulis arthur conan doyle sangat jenius dalam menciptkana sebuah trick dan masalah yang terjadi pada holmes
Gue penasaran, itu Doyle waktu bikin kasus buat Sherlock kayak dia pernah melakukan kejahatan itu sendiri. Detail banget...
DeleteAku punya beberapa buku Sherlock Holmes. Dan yang paling aku sukak tuh kisah Boneka Menari :D
ReplyDeleteSamaaaaa...itu juga kasus favorit gue. Sandi boneka menari. Seolah-olah coretan anak kecil, padahal sebuah kode.
DeletePenerbit itu kan perusahaan. Jadi, mereka memprioritaskan pendapatan. Kenapa mereka ngajak orang berfollower banyak ataupun artis untuk nulis buku. Karena mereka tau orang yang berfollower banyak bisa lebih mendatangkan laba untuk penerbit. Penulis dengan follower banyak bisa menjual buku mereka sendiri, jadi penerbit gak perlu repot lagi menjual. Intinya sih, kebanyakan penerbit sekarang itu tujuannya menjual buku.
ReplyDeleteDari ke 5 buku itu belum ada yang pernah gue baca. Gue dulu sukanya baca novel teenlit gitu. Sekarang juga suka baca novel yang berbau romantis dan komedi. Lain kali keknya gue juga harus baca buku yang berbeda genre.
Iya sih, business as usual. Tapi tega aja kalo sampe nurunin kualitas. Makanya sekarang ketimbang judulnya, gue kalo beli buku liat trek record penulis atau penerbitnya dulu. Karenya alhamdulillah, masih ada beberapa penerbit yang masih mempertahankan standar kualitas yang tinggi.
DeleteGue juga suka baca teenlit. Apa ya teenlit favorit gue? Oh iya, karya-karyanya Endang Rukmana. Lucu abis. Kalo Mas Wahyu apa teenlit favoritnya?
Good luck untuk 'best article nya!
ReplyDeleteSetuju banget deh kalo buku itu memang collectable bangett :D
Dan, aku masih nyari buku Belok Kanan, Barcelona karena ada temenku yang kebetulan kuliah disana dan sering upload foto tentang Barcelona yang bikin pengen!!
Nanti kalo balik rumah pengen nyari buku itu.
buku2 tersebut emang bikin orang jadi terinfluence. buku-buku berbobot itu. sayangnya belum baca semuanya. tapi list buku fave kamu membantu saya buat bikin list buku yang HARUS DIBACA...
ReplyDeletesaya juga suka buku Sherlock Holmes.
ReplyDeletesemoga bisa jadi juara
Bukumu agak berat berat ya. Tapi ada satu yg gue juga pernah baca yaitu travellers tale itu. Gue baca pas kuliah dulu pinjem dri perpustakaan. Bukunya tebal tpj bgtu baca serasa kayak ikut ke sana. Walo gue udah lupa kisahnya cinta cinta di dlmnya tpi itu emng bagusss...recommended bangett!! Keren deh bacaanmu berbobot. 👍
ReplyDeleteKalo Ghosebumps dulu suka nonton filmnya. Emang serem mampus. Lima sekawan pernah baca tapi dikit doaang. Kalo holmes emang dulu sempet koleksi pas kecil, tapi entah ke mana sekarang bukunya. Sisa ada tinggal komiknya doang. :))
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteGoosebumps! Yak! Buku keren pada jamannya, tapi aku selalu pinjem. Lima sekawan aku belum baca, loh! Aku jadi pengen baca lima sekawan, pinjem ke perswaan buku, ah! Lumayan buat imajinasi tentang kisah persahabatan... :)
ReplyDeleteini cerita udah di filem kan juga, dan dua duanya sangat seru sekali
ReplyDelete